SELAMAT DATANG DI BLOG SDN 003 NUNUKAN SEMOGA BLOG INI BERMANFAAT UNTUK ANDA ---- BLOGER YANG BAIK POST KOMEN YACH

Jumat, 31 Desember 2010

Sekolah Perbatasan Peroleh Bantuan Teknologi

1 komentar
JAKARTA--MI: Sebanyak 55 mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) diterjunkan ke daerah terdepan dan tertinggal di perbatasan untuk menyiapkan sistem teknologi informasi (TI) dengan sistem multicast di sekolah-sekolah.

Upaya tersebut bertujuan supaya para guru, murid, dan masyarakat di daerah itu mendapatkan ilmu-ilmu terbaru dan terkini yang berkembang.

"Kita coba akselerasi dengan fasilitas-fasilitas TI, sehingga sekolah yang lokasinya di daerah-daerah tertinggal, dapat memperoleh ilmu-ilmu yang terbaru," kata Direktur SEAMOLEC Gatot Hari Priowirjanto kepada pers di Jakarta, Jumat (9/4).

Program tersebut merupakan kerja sama antara SEAMOLEC dan ITB atas permintaan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (Ditjen PMPTK) Kemdiknas. Selain melengkapi dengan peralatan TI, program ini juga untuk membantu percepatan kualifikasi serta pelatihan guru.

Gatot mengatakan, SEAMOLEC adalah lembaga regional di bawah Southeast Asian Ministers of Education Organization (SEAMEO) yang berfokus pada pendidikan terbuka dan jarak jauh.

Ia menyebutkan, lokasi-lokasi yang sudah terpasang dengan peralatan multicast di antaranya adalah SMKN 1 Bunguran Timur, Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau, SMKN 1 Entikong, Kabupaten Sanggau, Provinsi Kalimantan Barat, dan SMAN Tabukan Utara, Kabupaten Sangihe, Provinsi Sulawesi Utara.

Lebih lanjut dikatakannya untuk tahap kedua telah disiapkan sebanyak 66 mahasiswa yang disiapkan untuk menggantikan dan membantu daerah lain yang memerlukan percepatan kualifikasi guru dan peningkatan mutu sekolah.

"Harapannya pada Juli ini prioritas untuk guru-guru PGSD (Pendidikan Guru Sekolah Dasar)," katanya.

Kepala Bagian Perencanaan Ditjen PMPTK Kemdiknas Siswoyo menyampaikan, untuk mengejar target 2014 guru berkualifikasi S1 maka diperlukan terobosan salah satunya dengan menggandeng SEAMOLEC.

Untuk daerah tertinggal, kata dia, satu kelompok kerja guru telah diberi lima unit laptop. "Dengan multicast ini, harapannya perguruan tinggi yang akan mengirim materi dapat diterima oleh teman-teman di daerah," ujarnya.

Dalam kesempatan itu, Direktur SEAMOLEC Gatot Hari Priowirjanto menyatakan, lembaga tersebut juga mengirimkan sebanyak 21 kepala sekolah untuk mengikuti Program Kemitraan Sekolah ke Jerman dan New Zealand. Program ini bertujuan untuk menciptakan kerja sama antara sekolah-sekolah di Indonesia dengan sekolah-sekolah negara mitra.

"Di Eropa sudah terjadi pertukaran siswa antar sekolah dengan cepat. Kita dorong sekolah, guru, dan kepala sekolah untuk bisa langsung proaktif," katanya.

Dikatakannya, sebanyak 10 kepala sekolah SMA dari Jawa Timur dan empat kepala sekolah SMP dari Jawa Tengah akan mengikuti workshop di Wellington, Selandia Baru. Kegiatan yang sama juga akan dilakukan pada 18-28 April 2010 di Berlin, Jerman dengan perwakilan enam kepala sekolah SMA dan satu kepala sekolah SMK dari Surabaya, Jawa Timur.

Gatot mengatakan, SEAMOLEC adalah lembaga regional di bawah Southeast Asian Ministers of Education Organization (SEAMEO) yang berfokus pada pendidikan terbuka dan jarak jauh.

Inisiatif program kemitraan sekolah Indonesia dengan negara lain telah diawali dengan negara-negara di daerah Asia Tenggara seperti Filiphina, Thailand, dan Vietnam.

"SEAMEO- SEAMOLEC harus melayani 11 negara di Asia Tenggara dan tujuh negara di luar Asia Tenggara yang merupakan associate member dari SEAMEO," katanya.

Gatot menyebutkan, selain ke Jerman dan New Zealand, pada tahun ini program kemitraan juga akan dilakukan dengan Kanada, Belanda, Perancis, dan Spanyol.

Menurut dia, pengalaman dua institusi akan menyebabkan sekolah akan berkembang dan siswa juga punya keberanian. "Kita hanya membuka pintu awalnya. Setelah itu mereka kita dorong dengan swadaya dan swadana. Kemitraan di ASEAN juga intensif kita lakukan," katanya. (Ant/OL-7)
Sumber: Media Indonesia

Mengenal arti kepemimpinan

0 komentar
Stogdill (1974) menyimpulkan bahwa banyak sekali definisi mengenai kepemimpinan, dan diantaranya memiliki beberapa unsur yang sama.
Menurut Sarros dan Butchatsky (1996), istilah ini dapat didefinisikan sebagai suatu perilaku dengan tujuan tertentu untuk mempengaruhi aktivitas para anggota kelompok untuk mencapai tujuan bersama yang dirancang untuk memberikan manfaat individu dan organisasi.
Sedangkan menurut Anderson (1988), leadership means using power to influence the thoughts and actions of others in such a way that achieve high performance.
Berdasarkan definisi-definisi di atas, kepemimpinan memiliki beberapa implikasi, antara lain :
  • Kepemimpinan berarti melibatkan orang atau pihak lain, yaitu para karyawan atau bawahan (followers). Para karyawan atau bawahan harus memiliki kemauan untuk menerima arahan dari pemimpin. Walaupun demikian, tanpa adanya karyawan atau bawahan, tidak akan ada pimpinan.
  • Seorang pemimpin yang efektif adalah seseorang yang dengan kekuasaannya (his or herpower) mampu menggugah pengikutnya untuk mencapai kinerja yang memuaskan. Para pemimpin dapat menggunakan bentuk-bentuk kekuasaan atau kekuatan yang berbeda untuk mempengaruhi perilaku bawahan dalam berbagai situasi.
  • Kepemimpinan harus memiliki kejujuran terhadap diri sendiri (integrity), sikap bertanggungjawab yang tulus (compassion), pengetahuan (cognizance), keberanian bertindak sesuai dengan keyakinan (commitment), kepercayaan pada diri sendiri dan orang lain (confidence) dan kemampuan untuk meyakinkan orang lain (communication) dalam membangun organisasi.
Kepemimpinan seringkali disamakan dengan manajemen. Padahal, keduanya berbeda. Menurut Bennis and Nanus (1995), pemimpin berfokus mengerjakan yang benar, memastikan tangga yang kita daki bersandar pada tembok secara tepat.
Sedangkan manajer memusatkan perhatian pada mengerjakan secara tepat sedangkan manajemen mengusahakan agar kita mendaki tangga seefisien mungkin.
Berikut perkembangan pemikiran ahli-ahli manajemen mengenai model-model kepemimpinan :
  • Model Watak Kepemimpinan
Pada umumnya studi pada tahap awal mencoba meneliti tentang watak individu yang melekat pada diri para pemimpin, seperti misalnya: kecerdasan, kejujuran, kematangan, ketegasan, kecakapan berbicara, kesupelan dalam bergaul, status sosial ekonomi mereka dan lain-lain (Bass 1960, Stogdill 1974).
Stogdill (1974) menyatakan bahwa terdapat enam kategori faktor pribadi yang membedakan antara pemimpin dan pengikut, yaitu kapasitas, prestasi, tanggung jawab, partisipasi, status dan situasi.
  • Model Situasional
Model ini merupakan pengembangan model sebelumnya dengan fokus utama faktor situasi sebagai variabel penentu kemampuan kepemimpinan.
  • Model Kepemimpinan yang Efektif
Model ini memberikan informasi tentang tipe-tipe tingkah laku (types of behaviours) para pemimpin yang efektif.
  • Model Kepemimpinan Kontingensi
Model ini memfokuskan perhatiannya pada kecocokan antara karakteristik watak pribadi pemimpin, tingkah lakunya dan variabel-variabel situasional.
  • Model Transformasional
Ini merupakan model yang relatif baru, yang pada hakekatnya menekankan seorang pemimpin perlu memotivasi para bawahannya untuk melakukan tanggungjawab mereka lebih dari yang mereka harapkan.
Pemimpin transformasional harus mampu mendefinisikan, mengkomunikasikan dan mengartikulasikan visi organisasi, dan bawahan harus menerima dan mengakui kredibilitas pemimpinnya.