MAKASSAR – Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) serius mempersiapkan Sulsel menjadi ibu kota negara. Kesiapan itu mulai dimatangkan melalui seminar nasional bertajuk “Ibu Kota Negara, Peluang dan Tantangan”,di Makassar, kemarin.
Seminar yang diikuti sedikitnya 400 orang dari berbagai kalangan tersebut membahas potensi ekonomi, pemerintahan, serta pertahanan dan keamanan (hankam) di Sulsel.Tiga pembicara utama yang juga tokoh asal Sulsel memaparkan potensi Sulsel sebagai ibu kota negara dan kondisi Jakarta yang sudah sesak. Mantan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Tanri Abengmembedahkedudukanpusat pemerintahan RI ditinjau dari perspektifpengembanganekonomi.
Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Ryaas Rasyid yang juga sebagai pakar pemerintahan dan otonomi daerah membedah penetapan pusat pemerintah ditinjau dari perspektif pemerintahan. Tenaga ahli pengajar bidang hankam Lemhanas, Laksamana Muda Willem Rampangilei, membahas kedudukan pusat pemerintah RI dari perspektif kemanan negara. Menurut Tanri Abeng, saat ini Jakarta tak dapat lagi dipertahankan untuk menjadi ibu kota negara.
Kondisi Jakarta dinilai telah sesak dan tak meratanya sumber daya manusia serta pertumbuhan ekonomi di daerah lainnya. “Sumber daya manusia yang berpotensi semuanya ke Jakarta karena semua terpusat di sana dan daerah susah berkembang. Kita mesti melakukan penyebaran pemerintah agar mampu menopang pengembangan ekonomi luar Jawa,”katanya.
Tanri Abeng mengatakan, ada beberapa alternatif tawaran yang ia berikan terhadap wacana pemindahan ibu kota negara tersebut. Di antaranya, dengan melakukan relokasi sepenuhnya ibu kota negara dan dengan membagi 22 kementerian ke berbagai daerah. Namun, presiden dan lembaga tinggi lainnya tetap di Jakarta. “Kementerian ini juga diharapkan bisa lebih dekat dengan potensi yang sesuai dengan daerah, misalnya di Makassar,Menteri Perikanan dan Kelautan,Pertanian, Pekerjaan Umum, Kesehatan, dan Pendidikan,”jelasnya.
Tanri membagi tiga kementerian tersebut,di antaranya,tujuh kementerian ditempatkan di Palangkaraya, tujuh kementerian di Medan dan sisanya di Makassar.Hal tersebut dinilainya akan lebih mengoptimalkan kinerja kementerian karena letaknya yang strategis. Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo menyatakan, Sulsel memiliki berbagai keunggulan dibandingkan daerah lainnya di Indonesia untuk mejadi ibu kota negara.
“Secara topografi dan geografi kita memili letak di tengah Indonesia, ini akan sangat baik dari segi potensi wiayah dan kemanan negara. Kita juga memiliki kawasan Mamminasata yang akan dikembangkan jadi kota baru,” ungkap Syahrul saat membuka Seminar Nasional yang bertajuk Ibu Kota Negara,Peluang dan Tantangan. Selain itu, berbagai fasilitas lain yang mendukung Sulsel sebagai ibu kota negara juga dinilai sudah ada. Syahrul mencontohkan, Bandara Internasional Hasanuddin Makassar yang sudah bisa didarati pesawat berbadan lebar.
Makassar juga, sejak dulu kala, selalu menjadi daerah yang diperhitungkan. Terbukti, semasa pemerintahan Belanda, Makassar sempat diwacanakan untuk dijadikan ibu kota Indonesia Timur. “Sejak abad ke-16, Makassar sudah menjadi daerah pusat perdagangan. Dari segi potensi bencana, kita tak memiliki gunung merapi dan beberapa kalangan memprediksi kita akan bebas tsunami dalam jangka waktu 200 tahun,”katanya.
Bupati Gowa dua periode ini mengatakan, Sulsel merupakan daerah pertama yang memberikan respons dengan adanya wacana pemindahan ibu kota negara tersebut. Respons tersebut diwujudkan melalui seminar yang akan merumuskan potensi Sulsel dan diserahkan kepada pemerintah pusat. ”Ini bentuk respons kita terhadap wacana pemindahan ibu kota negara. Kita merupakan daerah pertama yang merespons wacana tersebut,ini karena bentuk niatan baik yang kita miliki,”jelasnya.
Menurut Syahrul,pemindahan tersebut harus direncanakan sejak sekarang, karena lima tahun ke depan bangunan fisik sudah harus dibangun dan pada tahun 2035 sudah harus pindah. Hal senada diungkapkan mantan Guru Besar Ekonomi Unhas WIM Poli yang menjadi keynote speaker pada dialog tersebut.Menurutnya, kondisi Jakarta yang sudah sesak semestinya dicarikan jalan keluar.
“Namun hal yang perlu untuk pertama kali dibenahi adalah perbaikan manajemen pemecahan masalah ibu kota tersebut,”katanya. Menurut Poli,perbaikan infrastruktur justru akan menambah daya tarik Jakarta dan akan semakin menumpuk.”Hal ini juga akan terus memberikan dampak ketakmerataan di daerah dari segi pengembangan ekonomi,”katanya. (jumardin akas)
mantap......... mudaha - mudahan makassar jadi ibu kota negara jadi jangan selalu orang jawa saja yang jadi presiden