Mungkin sudah banyak kompasioner atau blogger yang menulis artikel mereka bertemakan ‘pendidikan di daerah perbatasan’, tapi di sini saya ingin juga menumpahkan pendapat saya tentang hal tersebut. Dewasa ini, pendidikan merupakan faktor yang amat penting untuk menunjang kemajuan suatu negara. Bukan hanya pendidikan akademik saja, namun moral dan keterampilan juga tidak kalah penting dalam mewujudkan mimpi-mimpi kita bersama atas bangsa dan negara ini. Tapi, apa pendidikan sudah mendapat perhatian khusus oleh pemerintah?? entah pemerintah pusat ataupun daerah. Terlebih wilayah-wilayah yang berbatasan langsung dengan negara tetangga.
Lalu, bagaimana keadaaan pendidikan di daerah perbatasan yang saya sebut-sebut tadi.?? Sungguh miris ternyata. Masih begitu banyak saudara-saudara kita yang hanya bisa menyelesaikan pendidikan di tingkat Sekolah Dasar. Bahkan lebih buruknya lagi, lulus tingkat SD pun tidak mampu lagi mereka raih. Apa penyebabnya?? Malas kah mereka itu?? Tentu saja tidak. Mengapa saya berani mengatakan demikian? karena hidup di daerah perbatasan merupakan kehidupan yang jauh lebih sulit dari yang dapat kita bayangkan. Dengan pola hidup yang keras, mereka sudah secara otomatis terdidik menjadi pribadi yang tekun. Lantas, apa penyebabnya?? Ada beberapa hal mendasar yang dapat di jadikan alasan :
- Kurangnya Perhatian Pemerintah
Penanggung jawab terbesar dalam persoalan ini ialah tentu saja pemerintah. Bak orang tua bagi setiap anak, daerah-daerah perbatasan wajar saja kadang merasa di “anak tirikan” dan juga terlupakan. Karena di satu sisi, sekolah-sekolah di daerah perkotaan lebih sering mendapat perhatian di banding mereka. Kunjungan demi kunjungan memang sering kali mampir dari petinggi-petinggi negara ini, tapi apakah sebatas itu saja?? Apakah masalah ini dapat terselesaikan hanya dengan kunjungan tanpa tindak nyata lebih lanjut?? Jangan salahkan warga perbatasan yang lebih memilih menjadi warga negara Malaysia. Karena bisa saja mereka merasa lebih di perhatikan dan keberadaannya lebih di anggap di banding menjadi warga negara Indonesia. Bayangkan saja kalau masyarakat daerah perbatasan Kalimantan perlahan-lahan di ajak untuk menjadi warga negara Malaysia demi pendidikan yang layak bahkan demi untuk sesuap nasi. Jangan salahkan siapa-siapa kalau suatu hari kelak Malaysia mengaku bahwa daerah perbatasan di seputaran Kalimantan adalah milik mereka dengan alasan warga mereka menetap di sana. Sangat mungkin kan terjadi hal seperti tu?? Seharusnya ini dapat menjadi perhatian khusus bagi pemerintah pusat maupun pemerintah daerah itu sendiri.
- Gaji Tenaga Kerja Pengajar yang Tidak Pantas
Seperti kebanggan tersendiri bagi pemerintah akan menaikan gaji guru di daerah perbatasan dari 1,35juta menjadi 2,2 hingga 2,4jt. Sambil seolah berkata “gaji guru di perbatasan sudah akan sama dengan gaji PNS yang juga berkisar seperti itu. ” Tak sadarkah mereka bahwa tugas yang di emban guru pedalaman bahkan lebih berat dari PNS yang bekerja di kota? Karena tugas dan pekerjaan, sering kali para guru di sana harus meninggalkan sanak saudara sekian lama. Perjalanan dari rumah tempat mereka tinggal ke sekolah pun berkilo-kilo jauhnya. Bahkan saat matahari belum juga bersinar, mereka sudah harus keluar rumah dan memulai perjalanan panjang. Lebih mirisnya lagi, ada pula guru di daerah pedalaman tertentu yang harus mengambil gaji mereka di kota dengan menggunakan perahu yang harus di bayar ratusan ribu rupiah. Yang biaya itu juga di ambil dari gaji mereka yang “katanya” tadi sudah dinaikan. Maka dimana letak keadilan di bangsa ini?? Bukankah wajar apabila pengajar di pedalaman mendapat fasilitas dan gaji yang lebih dibanding guru-guru yang lain??? Bahkan bagi saya, itu merupakan keharusan. Kalau keadaan dan taraf hidup pengajar di pedalaman tidak ada kemajuan, bisa saja tidak akan ada lagi guru-guru yang mau di kirim ke pedalaman.
- Fasilitas yang Tidak Memadahi
Berbicara tentang pendidikan, itu berarti kita berbicara juga tentang fasilitas. Sekolah yang baik bukan hanya di isi oleh murid dan guru saja kan.? tentu ada fasilitas lainnya seperti perpustakaan, toilet, kantin dan bla.. bla.. bla.. Tapi boro-boro fasilitas semacam itu, gedung sekolah yang pantas saja belum tentu di miliki. Tapi pada hakekatnya, memiliki fasilitas yang layak bukan hanya sebatas mimpi bagi anak-anak di perbatasan. karena kita bangsa besar yang kaya. Malaysia saja sebagai tetangga dekat sekaligus pesaing dalam bidang apapun dewasa ini (walau dulu, Malaysia bukanlah apa-apa bagi Indonesia ) dapat memberikan pendidikan yang layak bahkan di daerah tertentu terdapat asrama dan fasilitas ini itu bagi murid dan juga guru. kalau saya yang tinggal di daerah perbatasan sana, mungkin sudah dari jauh-jauh hari saya meninggalkan Indonesia. Bukan karena tidak mencintai bangsa. namun rasa Nasionalisme perlahan-lahan hilang akibat tuntunan pendidikan yang harus di capai dan lebih mendasar lagi demi sesuap nasi dan harapan hidup di hari esok.
Pemerintah harus segera menyadari betapa pentingnya daerah perbatasan di manapun berada bahkan pulau-pula terpencil yang masih primitif untuk segera di perhatikan dari pada sibuk memikirkan bagaimana menaikan citra dan popularitas dimata piblik yang kian merosot.!!
Dan pemikiran kebanyakan bahwa daerah perbatasan hanyalah dapur bahkan halaman belakang, harus di buang jauh-jauh. Padahal sebaliknya, daerah perbatasan merupakan teras bagi suatu negara yang teramat penting untuk diperhatikan.
0 komentar:
Posting Komentar